Wednesday 6 April 2011

Romance In The Rain Episode 8


Pagi hari Shuhuan dan Du Fei berangkat ke kantor koran Shen Bao.

Sambil berjalan Du Fei membahas masalah Erhao dan Yiping. Ia tak menyangka kalau mereka berdua adalah kakak adik. Keluarga Lu begitu kaya tapi kenapa anak perempuannya menjadi penyanyi di Klub Dansa. Walaupun tak lahir dari satu ibu bukankah mereka juga harus merawatnya, kata Du Fei dan ia berencana akan mencari Ruping untuk menanyakan hal itu.

Du Fei membuka pintu ruangan. Tiba-tiba Berrrrrr..... ruangan kantor kacau balau banyak hewan beterbangan dan berlarian kesana kemari.
Burung kakak tua, ayam, monyet, kucing dan yang lainnya. Kantor sudah seperti kebun binatang hahahaha.

“Lihatlah! Apa kucing yang kutangkap ini adalah sobat tua?” Ucap salah seorang yang membawa kucing.

“Apakah anjing ini bisa menggantikan sobat tua!” ucap seorang lagi yang membawa anjing.

“Kura-kura ini umurnya panjang dan sangat patuh, nenek tua itu pasti senang!” ujar seorang lagi.

Shuhuan dan Du Fei hanya melongo melihat semuanya. Ternyata mereka datang untuk mengantarkan hewan kesayangan dan hewan temuan mereka berdasarkan iklan yang dipasang Du Fei.

Melihat Shuhuan dan Du Fei yang hanya diam, Erhao berteriak minta bantuan untuk menangkap hewan-hewan yang ada di sana. Erhao sudah kepayahan. “Celaka itu naskahku!” teriak Erhao ketika melihat seekor kucing mengobrak-abrik naskahnya. Hahahaha
Banyak arsip naskah yang dibawa kabur hewan. Juga ada salah satu karyawan yang digigit. (wakakakakak bener-bener kacau dehhh)

“Monyet itu mengambil topiku!” Teriak salah seorang karyawan.

Si Bos marah melihat Shuhuan dan Du Fei hanya berdiri diam di pintu. Ia bertanya siapa yang mengusulkan untuk memasang iklan mencari kucing. “Tempat ini sudah seperti kebun binatang!”

Du Fei membantu Bos-nya menangkap ayam. Tapi ia tak berhasil menangkapnya.

Seorang anak menghampiri Shuhuan dan menyerahkan domba miliknya untuk diserahkan pada Nyonya Tua Luo sebagai pengganti kucingnya yang hilang. Seorang anak lagi menghampiri menyerahkan kelincinya dengan maksud yang sama. Seorang datang lagi, seorang datang lagi dan seorang datang lagi, itu membuat Shuhuan pusing dan berteriak “DU FEI....”

Seekor monyet melintas di atas kepala Du Fei. Ia kaget dan mengatakan Nyonya Tua Luo tak akan bisa memelihara monyet. Kemudian monyet itu mengambil kacamatanya. Ia tak bisa melihat dengan jelas. Ia berusaha mendapatkan kacamatanya kembali dan berteriak kalau ada seekor monyet yang mangambil kacamatanya.
Monyet itu lari kesana kemari. Shuhuan dan Erhao berusaha menangkap monyet itu tapi tak berhasil.

Du Fei terpeleset dan terjatuh. Ia meraba-raba di lantai dan menggapai sesuatu.
Ternyata itu seekor ular. Du Fei langsung berteriak, “ADA ULAR...”
Mendengar ada yang berteriak ular semua makin kacau.

Shuhuan dan Erhao terus berusaha mendapatkan kacamata Du Fei dari monyet. Tapi monyet itu melempar kacamatanya. Untung Shuhuan langsung lompat dan menangkapnya. Selamatlah kacamata Du Fei. Shuhuan langsung menyerahkan kacamata itu pada Du Fei.

Du Fei melihat ruangan kantor yang semakin kacau, ia mengucapkan terima kasih pada orang–orang yang bersimpatik pada Nyonya Tua Luo dan meminta mereka semua untuk pulang dan membawa binatang yang dibawa.
Seorang wanita masuk membawa seekor kucing dan bertanya apa yang dia bawa itu sobat tua atau bukan. Wanita itu mengatakan kalau kucing yang ia bawa sangat mirip dengan yang ada di koran. Tapi Du Fei menolaknya. Kemudian wanita itu melepaskan kucingnya.
Sadar kalau itu adalah sobat tua Du Fei langsung berteriak untuk menangkapnya kembali.
Semua bersiap menangkap kucing itu tapi mereka malah jatuh bersamaan. (brukkk hahahaha)

Sobat tua berhasil di tangkap. Du Fei langsung mengantarkannya pada Nyonya Tua Luo. Ia pergi ke sana bersama Ruping.

Sepanjang jalan Du Fei terus mengoceh tentang kehebohan di kantornya. Tapi Ruping diam saja. Sadar kalau ocehannya tak dihiraukan, Du Fei bertanya, apa Ruping ada masalah? Apa masih teringat kejadian yang kemarin (kejadian terbongkarnya jati diri Yiping) dia adik atau kakakmu?
“Dia kakakku. Dia lebih tua sepuluh hari denganku!” jawab Ruping. kemudian teringat kalau ia telah melupakan ulang tahun Yiping.

Du Fei sangat penasaran pada Yiping. “Kenapa dia bisa jadi penyanyi? Apa ayahmu tak mengurusnya?”

“Panjang cerintanya!” kata Ruping. “Urusan orang tua, kita tak boleh membicarakannya. Yiping dan ibunya sudah banyak mengalami kesulitan.”
Ruping bertanya, apa akhir-akhir ini Shuhuan sering bertemu dengan Yiping? Du Fei menjawab kalau dia tidak tahu. Shuhuan sering wawancara dengan Qin Wu Ye di Da Shanghai mungkin sudah bersahabat dengan Yiping. Tapi Shuhuan juga sama kagetnya ketika mengetahui jati diri Yiping yang sesungguhnya.
Du Fei dan Ruping sampai di rumah Nyonya Tua Luo. Keduanya langsung menyerahkan Sobat Tua. Nyonya Tua Luo senang melihatnya. Ia langsung memeluk kucing kesayangannya.
Ruping menyampaikan pesan kalau tetangga sebelah yang bernama Nyonya Wang sudah berjanji akan merawat Nyonya Tua Luo dan kalau butuh apa-apa tinggal beritahu Nyonya Wang.

“Xibao...Xibao!” ucap Nyonya Tua Luo sambil memeluk Ruping. Tapi sesaat kemudian melepaskan pelukannya.
“Kau harus baik-baik dengan Kunsheng. Suami istri tak boleh bertengkar.” Kata Nyonya Tua Luo. Ruping bertanya dengan heran, “Siapa Kunsheng? Siapa Xibao?”

“Xibao itu kau dan Kunsheng itu dia!” kata Nyonya Tua Luo sambil menunjuk ke arah Du Fei. Ruping kaget mendengarnya tapi Du Fei cuma senyum aja hahaha
Nyonya Tua Luo meraih tangan Ruping dan Du Fei. Ia menggenggamkannya dan melirik ke arah keduanya.
Nyonya Tua Luo berpesan pada Kunsheng (Du Fei) agar menjaga Xibao (Ruping) baik-baik.

“Baik..Baik..!” kata Du Fei sambil tersenyum.
Di taman Shuhuan dan Yiping bertemu.

Yiping menceritakan semua kisahnya. Shuhuan mengerti kenapa waktu pertama kali bertemu dengannya Yiping terluka dan selalu marah tiap kali mendengar nama keluarga Lu disebut.

Yiping tanya apakah kemarin malam kelakuannya keterlaluan, “Jika kau jadi aku apa masih mau menerima bantuan dari keluarga Lu?”
Shuhuan mengatakan Yiping tidak keterlaluan. Sebelumnya Dia belum pernah mengenal seorang gadis yang berani mengambil keputusan antara benci dan cinta. Ia sangat tersentuh dan kagum pada Yiping masih muda tapi sudah menanggung beban yang berat.

Shuhuan juga mengatakan kalau ucapan Erhao ada benarnya. Yiping tak suka mendengarnya. “Ayahmu cepat atau lambat akan tahu!” kata Shuhuan. Yiping memukul-mukul dahan pohon memikirkan ucapan Shuhuan.
Yiping kembali menatap Shuhuan dan bertanya, “Apa kau bertemu dengannya (Erhao) hari ini?” Shuhuan menjawab kalau ia bertemu dengan Erhao di kantor. Erhao menjelaskan pada ayahnya tentang luka-lukanya dan mengatakan kalau luka itu didapat setelah berkelahi dengan preman.

Tapi Yiping tak peduli, walaupun nanti Erhao mengadu pada ayahnya.

“Dia yang membuatku terpaksa ke Da Shanghai. Memangnya dia akan membawa cambuk ke Da Shanghai dan menghajarku lagi.” Ucap Yiping.
“Kau sudah membohongi Bibi (Wenpei) apa kau tak merasa bersalah?” Tanya Shuhuan.

“Sudahlah tak usah membicarakan tentang aku lagi!” Kata Yiping. “Bagaimana pun langit tak akan runtuh!” mendengar itu Shuhuan tersenyum.
Yiping mengajak Shuhuan melihat matahari terbenam. Shuhuan setuju. Shuhuan mengulurkan tangannya berniat menggandeng tapi Yiping memukulnya dan langsung lari. Shuhuan mengejar. Ckckckck :p

Mereka berdua melihat matahari terbenam di atas jembatan.
Yiping mengagumi keindahan matahari ketika terbenam. “Sangat cantik, melihatnya membuat kita tak ingin mempermasalahkan masalah pribadi.”
“Jika melihat matahari terbenam bisa mengobati luka dihatimu, aku bersedia setiap hari menemanimu.” Ujar Shuhuan. Yiping kaget mendengarnya. Ia menatap Shuhuan dan tersenyum.
Shuhuan bertanya kenapa Yiping menatapnya. Apa ada yang aneh dengan wajahnya, “Apa mukaku kotor?” (hahaha)
Yiping menjawab ada dan mengatakan kalau Shuhuan terlalu polos. Kemudian mereka membicarakan tentang pekerjaan Shuhuan. Hal-hal yang ingin dilakukan Shuhuan dalam pekerjaannya. Shuhuan juga menceritakan kejadian tadi pagi di kantornya. Yiping tertawa mendengarnya.
Karena matahari sudah terbenam Yiping berniat untuk siap-siap berangkat bekerja. Shuhuan mengatakan akan pergi ke Da Shanghai bersama Yiping.

“Apa wawancaramu dengan Qin Wu Ye belum selesai?” tanya Yiping.

"Wawancara dengan Qin Wu Ye sebenarnya sudah selesai. Hanya saja masih ada urusan lain di Da Shanghai yang belum selesai!" Sahut Shuhuan.

Yiping bertanya urusan apa?

Shuhuan diam sambil menatap dan meraih tangan Yiping. Kemudian menuliskan sesuatu di telapak tangan Yiping dengan jarinya.
“Kau?” Kata Yiping mengeja tulisan yang dituliskan Shuhuan di telapak tangannya.
“Ya. kau!” kata Shuhuan. Yiping hanya diam sambil menatap Shuhuan.

Malam hari di rumah Yiping. Ia duduk di depan mejanya, menulis buku hariannya.
“He Shuhuan, dia pemuda yang aneh. Tampaknya langit mengirimkannya padaku untuk jadi dewa pelindungku. Dia selalu muncul saat aku tak berdaya. Memberiku kekuatan dan ketenangan. Hari ini kata ‘kau’-nya itu sungguh membuatku terharu. Tapi aku masih tetap gundah. Tidak tahu apakah aku menyukainya? Tidak. Masalahku terlalu banyak. Aku tak mau bertambah satu masalah lagi. Aku harus menjaga jarak.”
Yiping mengakhiri tulisannya. Ia beranjak ke tempat tidurnya. Sambil berbaring ia bergumam, “Jangan memikirkan Shuhuan lagi. Erhao dan Ruping tahu keadaanku. Ajudan Li tak boleh menjemputku lagi.”

Di depan pintu Da Shanghai Ajudan Li membawa penumpang dan menurunkannya. Seorang lelaki menghampirinya meminta diantar ke jalan Nanjing. Ajudan Li mau, berapa pun bayarannya akan ia terima. Lelaki itu segera naik ke rickshaw.
Tapi tiba-tiba penarik rickshaw yang lain menghampiri dan marah pada Ajudan Li kerana selalu menyerobot penumpang dengan bayaran yang murah.
Ajudan Li bertanya pada penarik rickshaw itu apa dia mau mengantar ke jalan Nanjing dengan bayaran murah? Penarik rickshaw tak terima. Terjadilah perkelahian antar penarik rickshaw.

Mereka semua berkelahi. Penarik rickshaw yang lain ikut memukul. Ajudan Li kalah jumlah.

Shuhuan dan Yiping sampai di sana. Meraka kaget melihat Ajudan Li dikeroyok orang. Shuhuan membantu menolong Ajudan Li.
Shuhuan yang jago kungfu tak masalah menghadapi mereka semua.
“Berhenti!” tiba-tiba ada yang berteriak. Ternyata itu Qin Wu Ye. “Beraninya berkelahi di depan pintu Da Shanghai. Kalian sudah bosan hidup?”

Yiping menghampiri Qin Wu Ye dan mengatakan kalau penarik rickshawnya dikeroyok.
“Dia sudah merebut bisnis kami. Pintu Da Shanghai ini jelas-jelas lahan kami!” ucap salah satu penarik rickshaw.

“Lahan kalian atau lahanku?” Tanya Qin Wu Ye. “Kalau kau berkelahi lagi di depan pintu Da Shanghai aku akan mengulitimu!” ancam Qin Wu Ye. Semuanya terdiam, tertunduk takut.
Qin Wu Ye mengatakan kalau penarik rickshaw ini (Ajudan Li) adalah penarik rickshaw Bai Meigui berarti dia termasuk orangnya. Kemudian Qin Wu Ye meninggalkan semuanya masuk menuju Da Shanghai. Yiping mengucapkan terima kasih.

Penarik rickshaw yang tadi memukul Ajudan Li meminta maaf. Ajudan Li memaafkannya. Semua kembali ke rickshawnya masing-masing.

Yiping mengenalkan Shuhuan pada Ajudan Li. “Aku sering melihatmu mengantar nonaku pulang. Gerakanmu tadi bagus sekali. Aku kagum padamu!” Ujar Ajudan Li.

Yiping mengatakan kalau Shuhuan sudah tahu tentang kondisi keluarganya. Ia meminta Ajudan Li tak usah menjempunya lagi. Lebih baik merawat Keyun di rumah.

Shuhuan membenarkan, ia yang akan mengantar Yiping pulang. Ajudan Li mengangguk setuju.

Di rumah Yiping, ada yang mengetuk pintu rumahnya.
Wenpei membukakan pintu dan kaget melihat seorang pemuda datang ke rumahnya. Ia belum mengenal pemuda itu. Dia He Shuhuan yang secara tiba-tiba berkunjung ke rumah Yiping.
“Anda pasti Bibi Lu. Aku temannya Yiping, aku mencari Yiping!” kata Shuhuan (Wenpei bengong aja nih hahaha)

Yiping muncul dari dalam rumah dan kaget melihat Shuhuan datang ke rumahnya. Dan bertanya kenapa Shuhuan datang ke rumahnya?
Shuhuan menjawab kalau ia harus datang ke rumah Yiping untuk mengunjungi Bibi Lu (Ibu Yiping). Wenpei mempersilakan Shuhuan masuk.

“Namaku He Shuhuan. Aku tak tahu apakah Yiping pernah menyebut namaku atau tidak. Aku sudah menganalnya beberapa bulan ini dan sering mendengar tentang Bibi. Aku berharap hubunganku dengan Yiping bukan rahasia. Ingin sekali Bibi juga mengenalku, jadi aku datang ke sini.”

Yiping tanya kenapa Shuhuan tak memberi tahu kalau mau datang. Wenpei menuangkan teh untuk Shuhuan tapi Shuhuan menolak. Ia minta maaf kalau kedatangannya mendadak. Ia tak bisa memberi tahu kedatangannya karena di rumah Yiping tak ada telepon.
Yiping menarik ibunya ke kamar. Ia mengatakan kalau ia dan Shuhuan tak ada apa-apa. Shuhuan seorang wartawan di koran Shen Bao. Yiping mengatakan ia selalu menjaga jarak dengan Shuhuan tak pernah memberi harapan. Dan meminta ibunya jangan berfikir yang macam-macam. “Dia bukan teman priaku!” kata Yiping.
“Tapi kulihat dia memang seorang pria!” sahut Wenpei. Dan membenarkan perkataan Shuhuan bahwa ia harus tahu. “Sepertinya dia pria yang baik, kenapa disembunyikan dariku?” Tanya Wenpei.

Yiping menjawab ia tak meyembunyikannya. Ia tak memberi tahu Ibunya karena menganggap mungkin nanti mereka akan mengambil jalan masing-masing.
Wenpei mengingatkan jangan meninggalkan tamu di luar sendirian. Ia berniat ke pasar membeli sayuran untuk mengajak Shuhuan makan bersama di rumah. Tapi Yiping mencegahnya, ia berniat mengajak Shuhuan ke luar rumah menengok Ajudan Li. Lalu Yiping ke luar dari kamar menemui Shuhuan.

Yiping meminta Shuhuan menemaninya menengok Ajudan Li, kalau tidak ibunya akan pergi ke pasar dan memasakkan makanan untuk menjamu Shuhuan.

Shuhuan meminta maaf kalau kedatangannya kurang tepat. "Tidak ada yang salah hanya Yiping yang keterlaluan!" jawab Wenpei.
Shuhuan menemani Yiping menengok Ajudan Li. Di jalan menuju rumah Ajudan Li, Yiping bertanya kenapa Shuhuan tiba-tiba datang? Dan bicara yang aneh-aneh. Dan membuat ibunya berfikir kalau ia memiliki teman pria secara diam-diam. “Kedatanganmu membuat kita sepertinya punya hubungan.”

“Sepertinya hari ini aku sedang sial.” kata Shuhuan hehehe,,,”Kalau kedatanganku membuatmu kesal lebih baik aku tidur saja di rumah!”
Yiping berjalan meninggalkan Shuhuan tapi ia mencegatnya. Ia meminta maaf dan meminta Yiping jangan marah. Yiping tak menjawab hanya memalingkan wajahnya sambil tersenyum.

Mereka sampai di rumah Ajudan Li. Yiping mengetuk pintu. Yiping berpesan pada Shuhuan kalau Ajudan Li tak ingin ayahnya tahu tentang keadaannya. Jangan pernah mengatakan hal ini dengan orang yang ada ‘di sana’
Ajudan Li membukakan pintu dan senang melihat Yiping dan Shuhuan datang. Ia memanggil istrinya dan mengatakan kalau He Shuhuan kemarin sudah menolongnya.

Shuhuan dan Yiping masuk ke dalam rumah Ajudan Li. Keduanya kaget melihat Keyun.
Keyun berjalan perlahan sambil memeluk bantal. Ia berimajinasi dirinya sedang memeluk anaknya berjalan menyusuri sungai. “Selangkah lagi, Selangkah lagi!”
Yiping menghampiri Keyun dan bertanya apa yang sedang dilakukan Keyun.

Keyun menjawab ia melihat begitu banyak air dan rumahnya hampir tenggelam.
“Jangan takut ibu peluk ya.” kata Keyun bicara pada bantal yang dipeluknya.

Yiping bertanya pada Ajudan Li bukankah Keyun sudah dibawa ke dokter dan minum obat tapi kenapa masih seperti ini.

Ajudan Li mengatakan kalau penyakit seperti ini kata dokter tak bisa sembuh dalam satu atau dua hari. Mungkin kita harus ganti dokter kata istrinya.
“Aku mengenal dokter jiwa!” Sahut Shuhuan. Ia mengatakan pernah mewawancarainya dan akan memperkenalkan Ajudan Li dengan dokter itu. Ajudan Li senang mendengarnya.

Yuzhen mengkhawatirkan biayanya. Tapi Yiping mengatakan ia yang akan menanggung, yang penting Keyun sembuh.

Shuhuan menambahkan kalau Dokter Meng juga orang yang baik dan profesional, “Siapa tahu kita hanya membayar obatnya saja!”

Keyun terus dalam imajinasinya. Yiping kembali menghampirinya dan mengatakan kalau di bawah tak ada air. “Angkat wajahmu dan pandang aku, aku Yiping!” kata Yiping sambil memegang bahu Keyun membuat bantal itu terjatuh.
Keyun berteriak minta tolong, “Tolong anakku jatuh ke dalam air. Tolong! Anakku tenggelam!”

Keyun meronta Yiping memeganginya. Shuhuan membantu Yiping memegangi Keyun.

“Ya Tuhan! Tolong anakku!” Teriak Keyun.
Yuzhen membantu mengambilkan bantalnya dan menyerahkannya kembali pada Keyun.

Keyun langsung memeriksa bantal itu (menganggapnya bayi) “Coba kulihat tangan dan kakimu, sakit ya? Ibu tiup-tiup ya” Keyun meniup-niup bantal.
Keyun kembali berjalan, “Selangkah lagi, selangkah lagi!” Semua melihatnya dengan pandangan sedih.
Yuzhen mengatakan kalau Keyun selalu begitu, kadang sampai lupa makan dan tidur. Ia tak tega kalau harus mengambil bantalnya. Jika diambil Keyun akan berteriak-teriak. “Hati kami rasanya sakit, tapi tak bisa berbuat apapun!”

Keyun duduk di pojokan sambil terus memeluk bantalnya. Ia mulai menyanyikan lagu. Yiping sedih dan menghampiri Keyun.

Yiping mulai menggucangkan tubuh Keyun dan meminta Keyun untuk sadar.
Yiping berpindah menghadap Keyun sambil membawa cermin, “Keyun lihatlah dirimu. Kau masih muda. Kau tak boleh begini, cepat keluar dari dunia khayalanmu!”

Keyun tersenyum melihat dirinya ada di cermin. Yiping bingung.
Keyun mengangkat bantalnya menghadap ke cermin, “Lihatlah dirimu. Matamu, hidungmu. Lucu sekali!” kata Keyun sambil tersenyum.
Yiping mulai kesal ia merebut bantal itu dari Keyun. Dan mengatakan kalau itu adalah bantal tak ada tangan, hidung atau pun mulut. Yiping berdiri dan membanting bantalnya ke lantai.

Keyun kaget melihatnya. Ia marah. Ia mulai berteriak.

Ajudan Li dan istrinya menghampiri. Keyun menyerang Yiping. Untung Ajudan Li menghalangi dan segera memberikan bantal itu kembali pada Keyun.

Shuhuan menenangkan Yiping dan mengatakan ini bisa memicu emosi Keyun. Tapi menurut Yiping harus ada orang yang memberi tahu kenyataan pada Keyun.
Keyun menangis memeluk bantalnya, “Ibu sayang padamu. Tolong jangan mati!”

Ajudan Li menenangakan putrinya dan mengatakan kalau bayi Keyun baik baik saja, “Lihat dia sedang tersenyum padamu!”

Keyun menatap bantalnya. Ia menangis dan memeluknya.
Tiba- tiba Keyun menatap ke depan dan mulai membenturkan kepalanya, ”Dongyue, Taishan. Xiyue, Huashan. Beiyue hengshan. Zhongyue shongshan. Nayue hengshan...”
Semua menagis melihatnya.
Yiping dan Shuhuan pulang dari kedimanan Ajudan Li. Di jalan keduanya hanya diam. Shuhuan barjalan di belakang Yiping.

Sampai disebuah jembatan kecil mereka berhenti. Yiping bertanya apa sikapnya tadi terlalu emosional? Dia juga hampir gila melihat kondisi Keyun yang seperti itu.

Menurut Shuhuan setiap kali berhadapan dengan urusan perasaan reaksi Yiping lebih kuat dari pada orang lain.
Yiping mengatakan mungkin karena ia hanya wanita biasa. Apa yang menimpa Keyun membuatnya sedih. Menurut Yiping mungkin dimata wartawan seperti Shuhuan kejadian seperti ini tak ada artinya.

Shuhuan menolak anggapan Yiping karena menurutnya sebagai wartawan ia banyak mendengar dan melihat sehingga dirinya menjadi lebih sensitif dan ingin menolong orang. Kejadian di rumah Ajudan Li tadi membuatnya bersimpati dan melihat sikap Yiping yang penuh dengan perasaan itu membuatnya terharu.

Yiping terdiam. Shuhuan makin mendekat pada Yiping. Menurutnya Yiping itu sangat kuat tapi juga sangat lemah. Ia mampu melihat semuanya.

“Kau perlu seseorang untuk melindungimu. Ingin rasanya aku bisa melakukannya.” kata Shuhuan sambil menggenggam tangan Yiping. Yiping menatapnya. Keduanya bertemu pandang.
Shuhuan mengulurkan tangan berniat menyentuh wajah Yiping. Tapi Yiping menghindar, ia mundur selangkah dan mengatakan ia akan pulang.
Yiping pergi meninggalkan Shuhuan. Dan Shuhuan menatap kepergian Yiping.

Di rumah keluarga Lu. Mereka semua sedang makan bersama.
Lu Zhenhua menyerahkan sebuah amplop pada Ruping dan memintanya untuk mengantarkannya ke rumah Bibi Pei. Ternyata amplop itu berisi uang 300 yuan.
Ruping bertanya bagaimana kalau uang itu tidak diterima. Ayahnya menyarankan agar Ruping mencari cara supaya uang itu diterima.
Ruping dan Erhao saling berpandangan. Erhao mengatakan pada ayahnya mungkin Yiping dan ibunya tak memerlukan uang dari ayahnya, “Mungkin mereka sudah memiliki banyak uang!”

“Apa maksudmu? Seorang gadis 19 tahun bisa mendapatkan pekerjaan seperti apa?” Tanya Lu Zhenhua.

Erhao dan Ruping hanya diam. Mereka tak berani mengatakan tentang pekerjaan Yiping...

Bersambung.....

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.